Selasa, 23 Agustus 2016

Belajar Ngedongeng Dari Kak Pita

Hello semua. Suka dengerin cerita? Atau suka juga bercerita? Kali ini, aku mau mengupas salah satu pendongeng kenalanku. Namanya Kak Pita.

Nama lengkapnya, Siska Depita. Panggilannya Kak Pita [mirip ya sama namaku? Hehe]. Kak Pita lahir di Jakarta. Ibu dari baby Umaro ini, berasal dari Depok. Dan sekarang tinggal di Banjarmasin bersama suaminya.

Awal kenal Kak Pita, waktu doi ngisi dongeng di salah satu acara FLP. Dongeng Kak Pita menyihir kami semua. Ceritanya mengalir, unik, dan pesan moralnya kentel banget. Penokohannya juga keren. Apalagi didukung dengan suara khas tokoh yang bisa bikin kita ngikik. Suara bebek kwek kwek khas Kak Pita yang nggak ada duanya.


Pokoknya terkesan banget sama pendongeng yang satu ini. Orangnya supel dan humoris abis. Doi juga udah pernah ngisi dongeng dan workshop di berbagai kota di Indonesia. Surabaya, Medan, Banjarmasin, Palu, juga keliling Jabodetabek.

Awal karir Kak Pita dimulai dari mengisi acara ulang tahun dan event-event. Dari situ, Kak Pita mulai dikenal dan makin banyak mengisi acara.

Katanya, pengalaman yang paling seru selama berdongeng adalah ketika pertama kali naik pesawat roadshow di Surabaya dan waktu mendongeng di pengungsian bencana erupsi gunung Sinabung. Dongengin anak-anak di pengungsian yang lagi dapat musibah. Wah, mulia sekali, ya? Aku sampe terharu nulisnya. Dengan mendongeng Kak Pita mampu berbagi dan menghibur dengan kemampuannya.

Diliat dari kemampuannya berdongeng, wajar banget kalo doi pernah memenangkan lomba mendongeng dan dapat penghargaan. Beda sama aku, kalo aku cerita, suaraku nggak bisa dibuat berbeda tiap karakter, apalagi bersuara macam bebek. Tapi, meski begitu, aku tetep mau belajar, kira-kira apa aja ya yang bisa dipelajari biar bisa bercerita dan mendongeng di depan anak-anak?

Teknik bercerita ala Kak Pita

Pas aku tanya, apa aja yang harus dikuasai pendongeng biar ceritanya menarik didengar. Kak Pita bilang ada 3 unsur. Apa aja itu?

1.       Cerita.
Kalau mau cerita, tapi nggak tau apa yang mau diceritain, ya mandek. Kisahnya jadi monoton. Bacalah dulu keseluruhan isi cerita dan pahami. Kemudian sampaikan ulang dengan bahasa anak-anak. Bahasa yang familiar dan mudah mereka pahami. Kalau aku, biasanya suka mengadopsi cerita kisah Abu Nawas. Tapi, kalau Kak Pita, biasanya ceritanya mengarang sendiri sesuai kondisi atau request. Keren, ya? Jadi, cerita yang kita bawakan bisa diambil dari kisah yang ada seperti cerita rakyat, dongeng-dongeng, atau bisa juga membuat sendiri sesuai situasi yang lagi booming. Cerita yang lucu, berkarakter, dan punya pesan moral tentu jadi cerita yang menarik dan berkesan bagi pendengar.

2.       Penokohan.
Buatlah tokoh yang berkarakter. Pasang mimik yang sesuai dengan cerita. Bagaimana mimik muka ketika memerankan lakon marah, sedih, menangis, dan lain-lain. Selain itu, intonasi juga sangat berperan. Membawakan cerita dengan intonasi yang pas, enak didengar, tentu membuat cerita menjadi lebih hidup. Karakter suara tiap tokoh juga merupakan bagian dari penokohan. Buatlah suara yang berbeda antar tokoh. Suara bapak-bapak dengan anak-anak tentu berbeda, kan? Kalau Kak Pita membawakan dongeng hewan, paling bisa deh suaranya mirip-mirip gitu.

3.       Penguasaan Audience.

Supaya jadi pusat perhatian, seorang pendongeng harus bisa menguasai penonton. Bagaimana membawa emosi penonton masuk ke dalam cerita. Bagaimana mengajak penonton berkomunikasi dengan dialog yang ada. Bagaimana penonton yang riuh bisa berangsur tenang, tegang, dan bersorak menikmati alur cerita. Semua berkaitan dengan cerita dan penokohan yang kita bawakan. Kalau penokohannya; intonasi, mimik, suara oke, maka audiens pun akan mudah dikuasai.

Pendukung lainnya dalam mendongeng adalah peralatan. Baik berupa mic dan sound sistem. Bisa juga dengan membawa boneka. Seperti Kak Susan, pendongeng yang dulu sering muncul di televisi, Kak Pita juga membawa boneka. Namanya Aya, boneka perempuan, dan Edu, boneka laki-laki. Lucu, deh. Jadi boneka tangan itu jadi lawan bicaranya Kak Pita ketika berdongeng.

Tapi, kata Kak Pita atribut pelengkap justru bisa jadi nggak efektif kalau nggak bisa membawakannya. Bisa ribet katanya. Jadi, kalau mau bawa atribut pelengkap, kuasai dulu aturan mainnya, ya.

Nah, itu ilmu mendongeng dari Kak Pita. Buat para orang tua en guru kalau mau cerita kudu menguasai 3 teknik di atas, biar nggak monoton. Kalau penjabaranku kurang jelas, bisa belajar langsung ke sini, ya. Atau kalau mau ngundang Kak Pita buat ngisi dongeng di berbagai event juga bisa banget. Hubungi:

Facebook : Dongeng Kak Pita
Instagram: Curhatdecom
Twitter: De_Pita


Finally, happy reading en happy telling, yaaa  ^____^

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Semoga bermanfaat.

Salam
V
^____^