Tempat usaha keluargaku mangkal
di kaki lima. Di pasar, di pinggir jalan, atau di depan rumah. Pernah juga
mangkal di aneka pameran, misalnya di PRJ saat Jakarta Fair, di jalur Pantura
saat musim mudik tiba. Atau di area wisata seperti Pangandaran, Senayan, dan
lainnya. Tapi, itu dulu saat bapakku masih ada. Sekarang, meskipun aku belum
meneruskan usaha sotonya, jiwa berdagangnya masih mengalir dalam darahku.
Aku belajar banyak banget dari
bapak dan emak. Bagaimana beliau totalitas dalam menjaga kualitas usahanya.
Kebersihan dan rasa sangat diperhatikan. Ortuku menjaga banget, nggak boleh kalau
di warung ada yang main tusuk gigi, sisiran, dan lain-lain. Nasi nggak putih
atau kurang pulen aja disuruh masak lagi. Padahal, untuk makan sehari-hari ya
apa adanya aja, nggak seidealis itu. Kalau ada pelanggan yang nggak habis
makan, suka bapak tanya apanya yang kurang. Dari situ aku belajar bagaimana beliau
menjaga kualitas warung sotonya.
Aku juga belajar, bagaimana ketika
usaha bapak bangkrut. Mangkal di kaki lima yang biasa per hari dapet sekian
ratus ribu, hanya dapet sekian ribu perak. Bagaimana ketika modal juta-an di
pameran, harus tekor puluhan juta. Aku tau banget rasanya menangis dan pedih
merasakan hal itu. Tapi, apa yang beliau tampakkan dari kepedihan-kepedihan itu
justru melatih ketegaranku sejak kecil. Bapak nggak pernah ngeluh dan menahan
uang jajanku. Kebutuhan sekolah selalu lengkap. Beliau selalu bilang, “Syukuri
aja... Adanya ini ya nikmatin ini. Nggak usah diada-adain... Nggak ada duit,
besok juga ada jalannya... ” dan memang benar, dengan modal rasa syukur itu,
kehidupan kami selalu cukup. Pepatah Arab bilang, “kaifa akhoful faqir? Wa ana
‘abdul Ghoniyy” Gimana bisa kita takut faqir? Lha wong kita budaknya yang Maha
Kaya.”
Jadi, yang membuat hidup cukup
itu bukan besar kecilnya pendapatan, tapi rasa syukur yang selalu tertanam.
Berapa pun besar pendapatan, kalau gaya hidup dan rasa syukur nggak ada, tetep
aja kurang. Pengen ini pengen itu, gengsi ini gengsi itu. Tapi sebaliknya,
walau sedikit uangnya, kalau bersyukur, insyaAllah hidup pasti tenang.
Namanya usaha, nggak selamanya
bangkrut. Ada masa-masa emas dan kejayaannya. Bagaimana bahagianya ketika usaha
laris meraup untung puluhan juta. Ketika usaha membuahkan hasil dengan
melimpahnya keinginan yang terwujudkan. Aku belajar bagaimana melimpahnya rezeki
itu dikelola. Bukan untuk dihambur-hamburkan atau dibelanjakan sesuka hati.
Bukan juga untuk disombongkan dengan pamer ini itu di depan banyak orang. Tapi,
lebih untuk ditabung, digunakan seperlunya, dan disisihkan untuk yang
membutuhkan. Kalau kata penulis buku 10 Kunci Rezeki Ala Sahabat Rosulullah,
Fauziah Rachmawati, seharusnya rezeki itu menjadi penghantar ke surga.
Owner dari pusat flanel asal
Malang itu juga menuliskan bagaimana ketika sahabat-sahabt Rosulullah gemilang
dalam berbisnis dan gemilang meraih surga lewat hartanya.
Dari pelajaran-pelajaran itu lah
aku belajar, sebagai pebisnis di bidang wedding, aku tidak boleh patah semangat
ketika tiba-tiba calon pengantin meng-cancel orderannya. Atau ketika tidak ada
orderan sama sekali. Rezeki itu sudah ada yang mengatur, mungkin ketika hilang
satu customer Allah akan menggantikan dengan puluhan customer lain. Mungkin
dengan begitu juga, aku bisa lebih rajin sholat dhuha. Jadi, positif thinking
aja.
Begitu pula ketika orderan sedang
banyak, aku bisa belajar mengelolanya dengan baik. Dipakai seperlunya dan digunakan agar bisa lebih bermanfaat untuk banyak orang.
Bisnis itu nggak selamanya untung dan nggak selamanya rugi, Guys. Nikmatin dan syukurin aja... Kata D'Masive,
"Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik"
Semangat berniaga, semangat masuk surga ^___^
semoga usaha weddingnya lancar Mbak.. :)
BalasHapusAmiin... doa yg sama juga mbak...
HapusSemangat Mba yang penting usahanya jujur semoga makin berkah seterusnya aamiin :)
BalasHapusAaamiin... sama2, Mbak... :)
HapusBuah nggak jauh jatuh dari pohonnya, hebat emak dan bapak Fita ^^
BalasHapusAamiin... Makasih, Nyak...
Hapusberdagang itu keren. hidup pedagang!
BalasHapussemoga berkah..
BalasHapusJadi semangat untuk terus berdagang...
BalasHapus