Senin, 12 September 2016

Ketika Wanita Jatuh Cinta

Tidak ada yang bisa mengetahui seberapa dalam perasaan wanita berperan. Apalagi, ketika hatinya mulai menjatuhkan pilihan pada satu nama. Sosok pilihan bernama pria.

Namun, tidak serta merta perasaannya harus tumpah begitu saja tanpa etika. Mengumbar dan memublikasikan perasaan tanpa kenal aturan. Tidak juga diam-diam memendam perasaan begitu dalam. Menguburnya hidup-hidup dan merasakan sesak berkepanjangan.

Lantas, bagaimana semestinya yang bisa dilakukan wanita ketika jatuh cinta?


Aku wanita. Untuk itu aku menulis ini berdasarkan pendapatku sebagai wanita, yang aku rasakan, mereka rasakan, atau mengambil pelajaran dari cerita teman-teman.

1. Ungkapkan perasaan.

Malu. Tentu saja. Karena wanita diciptakan dengan kodrat sangat pemalu. Tapi, perasaan yang kita rasakan harus lah diungkapkan. Nyatakan dengan jelas, bahwa kita meminta pendapatnya tentang wanita yang dia cari sebagai istri. Jika memungkinkan, tanyakan sudah punya calon atau belum. Kalau belum, bilang aja jika berkenan taaruf dengan saya. Tapi, kalau sudah ada, cukup sampai di situ perasaan padanya. Selebihnya hapus dan buang. Jelas, kan? Tidak menyesakkan dada, tidak membuang waktu, dan melegakan. Jika cara ini masih terlalu ekstrim, coba lah untuk mengungkapkan perasaan melalui mak comblang, guru, murobby, teman, dan wasilah-wasilah lain yang memungkinkan. Lebih aman dan nyaman, kan?

Catatan, kalau ditanya untuk hal ini aja pletat pletot, ngalor ngidul, buang-buang waktu, saran saya, tinggalkan. Karena dia sedang tidak mencari calon istri. Atau dia tidak mengharapkanmu menjadi istrinya. So, nggak usah buang-buang waktu untuk orang yang nggak peduli sama kita.

Punguk merindu rembulan. Perasaan bertepuk sebelah tangan. Tak usah bersedih. Masih banyak yang kisahnya lebih tragis dari pada kita. Positive thinking. Karena di dalam keikhlasan itu, Allah menghadirkan yang jauh lebih baik tanpa kita ketahui. Belom cinta banget? No problemo.
Cinta nomor ke sekian. Toh waktu akan merubah rasa menghargai jadi mengagumi, bertambah jadi menghormati, kemudian mencintai, dan menyayangi. Fakta.

Kita wanita. Punya tenggang usia untuk melahirkan dan punya anak. Kalau cinta, bilang aja. Jangan menua dengan tunggu menunggu tanpa tujuan dan kepastian. Kalau udah jelas, bisa keliatan langkah apa yang harusnya kita ambil. Maju atau mundur. Tidak stagnan dengan perasaan yang menyesakkan.

2. Tanya kesediaannya.

Kalau cara pertama lolos. Udah punya niat yang sama, nggak usah banyak ba bi bu. Cukup tanya,
"Bersediakah untuk selalu menjaga hati saya?" "Bersedia untuk selalu ada untuk saya dan keluarga?" "Bersedia dengan segala kekurangan saya?" 

Jika dia bersedia, jika dia tau dengan apa cara membahagiakan istrinya, maka cukup lah kamu menjadi wanita paling bahagia. Dia nggak cuma akan membahagiakanmu di dunia, tapi juga akhirat.

Catatan, jangan cuma ditanya, lihat kelakuannya pada ibunya, pada keluarganya, karena begitulah cerminan sikapnya terhadap wanita.

3. Khitbah dan nikah.

Sholeh oke. Akhlak baik. Tanggung jawab. Dia mau sama kita. Dia nerima kekurangan kita. Nunggu apa? Lanjut khitbah. Nggak usah lama-lama persiapan langsung nikah. Nggak perlu mewah, nggak perlu megah, hakikat nikah adalah mengumumkan. Sederhana tapi hikmat tentu lebih membawa manfaat.

Kalau dari prosesnya bebas dari hal-hal haram. Hal-hal mubadzir, insyaAllah berkah.

Jadi, ketika kita, wanita, jatuh cinta, ungkapkan dan ambil keputusan. Memilih lanjut dengan mantap. Atau tetap menunggu takdir-Nya sambil terus memperbaiki diri.


Sertakan Allah dalam setiap pilihan agar tak salah jalan.
Untukmu, yang masih sendiri

Keep spirit, makhluk Tuhan dengan berjuta perasaan yang terpendam :)

1 komentar :

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Semoga bermanfaat.

Salam
V
^____^