Jumat, 01 Juli 2016

3 Kesalahan dalam Mendidik Anak


Vie beruntung. Sebelum menjadi seorang ibu dalam arti sebenarnya, Allah mengirimkan Vie anak-anak sebagai wadah pembelajaran Vie menjadi seorang pendidik.

Vie jadi tau berbagai karakter anak-anak. Dari yang sangat cengeng, sangat pemarah, sangat aktif, sampai yang berkebutuhan khusus pun Vie jadi paham bagaimana harus mengatasinya.

Jujur saja, awalnya,
Vie nggak terlalu suka anak-anak. Vie pusing tiap denger anak merengek bahkan sampai teriak atau guling-gulingan.

Vie terjun di dunia pendidikan sejak Vie kuliah di semester 3. Kalo nggak salah, usia 18 tahun. Waktu itu, Vie ditawarkan mengajar oleh guru Vie sendiri, Pak Drs. Nur Rosyid di SDIT Al Fatah. Dengan senang hati Vie terima tawarannya.

Di sela kesibukan kuliah, Vie mengajar. Kalau waktunya kuliah, Vie pulang. Jadi, waktunya se-fleksibel Vie aja.

Dulu, Vie masuk awal mengajar di kelas 1 sebagai guru mitra. Ya, guru yang mendampingi anak-anak belajar. Anak belum bisa baca, Vie yang dampingin dan bantu eja. Anak belum bisa nulis, Vie ajarin satu-satu. Anak berantem sama temennya, Vie yang bantu melerai. Anak ngompol, anak pup di celana Vie juga yang nemenin sampe bener-bener bersih. Fiuh, kebayang, kan, gimana Vie berjuang sabar padahal Vie nggak suka banget ngurusin eek anak orang?

Begitulah. Vie jalani hari-hari sebagaimana mestinya. Vie nggak banyak ngeluh, karena Vie pikir ya memang seperti ini tugas guru kelas 1. Musti banyak belajar sabar dan belajar keibuan.

Salah Didikan

Vie mendidik anak-anak dengan berbagai metode. Maklum, meski latar belakang Vie pendidikan, tapi pendidikan Bahasa Arab. Vie nggak ngerti bagaimana mendidik anak-anak dari segi ilmu pendidikan dan psikologis. Jadi, Vie otodidak mencari sendiri bagaimana metode pembelajaran bagi setiap anak.
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Jadi, berbeda pula cara belajar dan cara mengajarnya. Dan ilmu-ilmu itu Vie dapatkan melalui bangku pengalaman. Termasuk salah didikan yang Vie lakukan. Misalnya:

1. Membentak anak

Nggak usah jauh-jauh. Vie sendiri nggak suka banget kalo dibentak. Vie akan lebih frontal kalo dimarahin dengan cara dibentak. Tapi, kesalahan ini juga sering Vie lakuin. Ketika Vie nggak bisa nahan emosi, tanpa sengaja Vie meneriaki anak-anak supaya diem. Supaya nggak berantem. Dan supaya supaya lain agar keamanan kelas terjamin. Bisa saja si anak langsung diam ketika dibentak. Tapi, ini punya efek buruk. Anak akan takut melakukan ini itu karena takut salah. Takut berpendapat. Takut dimarahi. Dan banyak ketakutan lain yang dipendam.

Fiuh, jangan sampe, deh, ya. Kasian mereka. Ada waktunya anak-anak dikasih peringatan. Cukup getok papan tulis atau meja secara keras, sekali. Bertanda bahwa kita marah atau mereka melakukan kesalahan.

2. Menjewer anak yang nakal

Sekarang, lagi musim banget guru dilaporin ke polisi gara-gara nyubit anaknya. Trus, sang guru masuk bui dan akhirnya si anak songong tak terkendali.

Sayangnya hidup ini nggak seindah di film. Kalo Vie yang bikin skenarionya, pas ortu melaporkan gurunya, justru orang tua yang Vie penjara. Kadang, atas nama hak asasi manusia, orang-orang kebablasan. Nggak bisa bedain, mana yang baik untuk dirinya.

Peringatan aja buat Vie kalo jadi orang tua nanti, bahwa Vie menitipkan anak-anak di sekolah adalah agar para guru menjadi wali dari orang tua di rumah. Seyogyanya juga sang guru memperlakukan anak sebagai anaknya sendiri. Jadi, kalo cuma dijewer ya nggak usah keterlaluan sampe dilaporin. 
Sebenernya, jewer, nyubit, atau tindakan fisik yang lain juga nggak bagus banget. Bukan masalah hak asasi. Tapi, sama efek ke anak.


Kata kanjeng super teladan, Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam, "Sakit di badan bisa hilang. Tapi, sakit di hatinya, akan berbekas di sepanjang jalan kehidupan."

3. Tidak menghargai ucapan anak

Ini, nih. Penyakit yang nggak disadari. Namanya anak-anak suka banget cerita banyak hal ke gurunya. Apalagi anak kelas 1. Suka banyak bertanya. Suka pamer ini itu. Dan Vie, secara nggak sengaja nggak ngegubris cerita mereka. Vie nggak jadi pendengar yang baik. Mungkin remeh buat Vie, tapi bagi mereka, itu berarti banget.

Pas lagi sibuk, sering banget ucapan anak-anak Vie anggep angin lalu. Pertanyaan anak-anak cuma dijawab anggukan. Bahkan, untuk bilang maaf dan terima kasih aja suka lupa. Padahal, Vie sering banget ngedapetin muka anak-anak berseri sumringah ketika Vie cuma bilang, 
"Oya?" "Lalu?" "Trus?" Lantas mengalir lah cerita mereka tanpa ujung.
Mereka ngerasa dihargai banget. Apalagi pas disanjung, "Wih hebat. Besok lebih rajin lagi, ya" Dalam sekejap, semangat belajar mereka melambung. Seolah mau nunjukkin, aku memang hebat.


Seorang smart mom, Naqiyyah Syam,  juga pernah bilang dalam tulisannya 7 Tips Menjadi Sahabat Anak dengan Cara Menjalin Komunikasi, bahwa salah 1 cara menjadi sahabat sang anak adalah dengan cara banyak mendengar.

Mendidik dengan Cinta

Ada anak yang memang perlu sikap tegas dalam mengajarinya. Nggak bisa dilembut-lembutin. Tapi, meski keras dan tegas, tetap ada dasar cinta.

Vie pernah punya anak didik kelas 1. Sebut saja namanya Icha. Senengnya nari-nari di kelas. Kabur ke luar saat belajar. Makin di kejar, malah makin kabur ngumpet ke gorong-gorong. Waktu upacara bendera, Icha malah ke tengah lapangan buat nari balet. Di kelas sama sekali nggak mau nulis dan belajar baca.

Setelah diperhatikan dan ditelusuri, ternyata keluarga Icha broken home. Papa mamanya bercerai. Papanya super galak dan neneknya super manjain. Icha cari perhatian ke sana ke mari. Dia sengaja melakukan hal-hal aneh supaya jadi pusat perhatian.

Icha jadi anak super sensitif. Dikerasin, meraung-raung kayak disiksa 7 hari 7 malem.

Pernah Vie saking nggak sabarnya, Icha nggak Vie peduliin. Dia mau kabur sepanjang jalan kehidupan ya Vie biarin aja. Vie fokus mengajar anak-anak yang lain. Si Icha malah melantai. Tidur-tiduran di kelas mengganggu teman-temannya. Vie bangunin nggak mau. Vie bujuk nulis nggak mau. Vie tanya maunya apa, malah merem. Akhirnya Vie bangunin Icha secara paksa. Dia malah tidur nempel pintu. Habislah kesabaran Vie. Vie cuekin terserah maunya apa.

Jam istirahat Vie deketin Icha. Dia ketakutan. Nggak mau Vie pegang. Vie jadi ngerasa bersalah. Vie tanya,
"Icha kenapa sih? Icha maunya apa? Dikerasin nggak mau... Dilembutin nggak mau?" Icha masih merem kayak ketakutan.


Nada bicara Vie rendahkan, Vie pegang tangan Icha. "Icha kenapa...? Icha jangan begitu sama bu guru..."

Icha mulai jawab sambil merem, "sakit... sakit..."

Sakit? "Apanya yang sakit?" Vie nyoba deteksi.

"Tadi bu guru pegang tangan aku keras..."

Ya Allah... ternyata, V nggak sadar, sebegitu sensitifnya Icha...

Vie peluk Icha. Vie bisikin di telinganya, "Maafin bu guru, ya... Makanya, Icha jangan begitu... Bu guru nggak sengaja... Bu guru bingung Icha maunya apa..." Vie elus-elus tangannya. Dia nggak nolak. Perlahan matanya kebuka. 

"Maafin bu guru, ya... Sekarang Icha belajar ya yang baik... biar bu guru sayang..." Icha mulai senyum. Dia balik meluk Vie kemudian bangun dari tidurnya. Mukanya sumringah. Tapi, tetap... menari-nari lagi. Fiuh...


Jika mendidik atas dasar cinta. Maka gerakan dan ucapan yang timbul pun adalah kebaikan. Meski keras tegas pun atas nama cinta. Juga lembut juga atas dasar mendidik dengan cinta. Ada waktu dan porsinya. Bagaimana harus menyikapi ketika anak ngambek. Ketika anak marah. Ketika anak manja. Semua juga ada porsinya.

Vie bukan pakar psikologi. Bukan pakar komunikasi. Bukan pakar parenting. Vie hanya menulis berdasarkan pengalaman Vie sendiri. Kesalahan di atas bisa jadi kekeliruan, atau ketidak tepatan dalam bersikap sebagai pendidik. Bisa diambil hikmahnya jika memang benar secara ilmu. Tapi, jika ada yang kurang tepat, dengan senang hati membuka seluas-luasnya ilmu yang masuk untuk dibagi. ^_^

16 komentar :

  1. Masya Allah ujiannya dalam mengajar anam-anak, semoga tercatat sebagai amal pemberat untuk bekal ke surga ya. Aamiin

    BalasHapus
  2. Luar biasa y mba perjuangan banget ngajarin anak kelas 1. Saya pernah pengalaman di kelas inspirasi saya nyerah hahaha suara abiz pasalnya mereka pd ga mau diem semua :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe makin disuruh diem makin berkicau ya, mbak...

      Hapus
  3. Nggak kebayang kalau saya ngadepin anak seperti icha. :) Memang anak itu gurunya sabar,mbak. Terkadang kita keceplosan membentak karena lagi kesel. Semangat terus ya... Jadi ibu guru yang sabar... :)

    BalasHapus
  4. warbiasa dirimu mba, menghadapi anak dengan beragam karakter seperti itu memang harus extra sabar ya, aku yg punya anak satu aja kadang masih suka loskontrol, apa lagi dirimu mba :)

    aku setuju dengan yang mba tulis, memperlakukan anak memang ga bisa dengan kekerasan tapi harus dengan cinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belajar, mbak... Kadang juga masih lost control..

      Terima kasih, mbak :)

      Hapus
  5. Sabar banget Mbak Vie.. Kalau ditanganku ini bocah bakalan langsung trauma mungkin.. Gile aja, aku disuruh ngajar bocah kayak gini.. 20 menit ngajar bisa aku minumin HCl pekat nih bocah.. :v

    BalasHapus
  6. Tadi niatnya gitu sih, mas. pingin beli Hcl... Tapi aku yang minum T.T

    BalasHapus
  7. Wui.. Kerenn..

    Kalao bapak ngapaian biar anak ga bawel dan punya dampak negatif akibat salah didik..

    Apalagi gaya mendidik bapak juga penting iyakan?

    #Blogwalkingan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penting buangetsss.
      Utk bapak jadilah pendengar yang baik, pahlawan siaga, dan pemberi motivasi tanpa henti... Mendukungnya dgn penuh cinta, seperti bapak saya, Allah yarhamhu :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Semoga bermanfaat.

Salam
V
^____^