Setiap pembagian rapor, wali
murid pasti ada yang nanya, “Anak saya ranking berapa, Bu?” Karena di sekolah
tidak ada sistem rank, maka kami jawab, “Maaf, Bun. Tidak ada rank, karena
setiap anak memiliki keunggulan masing-masing.” Meski sudah dijawab begitu,
masih aja banyak yang penasaran. Siapa siswa dengan nilai akulumatif tertinggi
di kelas.
Dulu, waktu aku sekolah, memang rank menjadi salah satu motivasi untuk semakin giat belajar. Pokoknya harus ranking 1. Pokoknya nilainya harus bagus. Terbukti, sekali mendapat ranking di kelas, aku semakin giat belajar. Dan pada kenyataannya, nama itu-itu pula lah yang sering menjadi juara kelas. Itu lagi itu lagi. Dia lagi dia lagi. Lantas, bagaimana dengan anak yang namanya tidak pernah disebutkan menjadi juara kelas? Nama yang tidak mendapat rank 1, 2, dan 3? Yup, mental block.
Di benak mereka sudah terslogan “Aku
mah emang nggak bisa.” “Aku nggak mungkin ranking 1. Paling, yang ranking 1 si
Anu, ranking 2 si Ani, ranking 3 si Ano.” Semangat mereka menurun.
Tahukah kita? Justru rank itu
berpengaruh baik bagi sebagian anak, dan berpengaruh buruk bagi sebagian yang lain.
Bagaimana ketika si A merasa minder karena tidak pernah mendapat rank di kelas.
Merasa lemah dan merasa biasa-biasa saja. Padahal, ada potensi terpendam dalam
dirinya yang tidak bisa diungkap dengan angka yang tertera di rapor.
Selama mengajar, aku sering
banget dapetin anak yang kemampuan matematikanya jeblok, tapi di kesenian
yahud. Atau keseniannya amburadul, tapi olah raganya jempol. Atau nilai
akademiknya ancur lebur, tapi ringan tangan banget buat nolongin temennya yang
kesusahan. Jadi?
Ada yang perlu diluruskan. Kesalahkaprahan
yang menjamur, menganggap bahwa anak yang pintar adalah anak yang nilainya
bagus di semua mata pelajaran. Mereka menuntut anaknya mendapat nilai 1o di
tiap pelajaran. Padahal, belum tentu anaknya sanggup.
Berapa banyak anak yang semasa
sekolah tidak mendapat juara kelas, tapi menjadi sukses di masa depan? Menjadi
ahli di satu bidang yang dicari-cari banyak perusahaan luar dan dalam negeri.
Jadi, para bunda... Anak kita itu
cerdas. Tidak ada yang bodoh. Kita lah yang mencari, menemukan, menggali,
membimbing, dan mengarahkan kemampuannya. Jangan beranggapan anak kita
biasa-biasa saja. Bantu mereka menemukan potensi dan kesukaannya. Karena guru di sekolah hanya lah sebatas membantu, orang
tua lah penentu masa depan anaknya.
Bisa kita cari kecerdasan
anak-anak berdasar 8 kecerdasan [multiple intelligences] yang diungkapkan
Howard Gardner. Seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari
Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat.
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Biasanya, anak yang punya kecerdasan linguistik pandai
berbahasa baik lisan atau tulisan. Sukanya bercerita, menulis,orasi, dan
cenderung belajar dari metode ceramah.
2. Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-Mathematical
Intelligence)
Berkaitan dengan angka dan logika. Biasanya unggul di bidang
komputer dan pemograman.
3. Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Berkaitan dengan gambar dan ruang. Bisa dikaitkan dengan
profesi artis, insinyur, dan pengrajin tangan.
4. Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan yang berkaitan dengan banyaknya gerakan,Biasanya
mahir di olah raga, tari, dan aktifitas yang memerlukan banyak gerak. Cara
belajarnya pun baiknya dengan melakukan kegiatan yang dengan gerakan.
5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Hal yang berkaitan dengan pendengaran. Biasanya pandai
bermain musik atau bernyanyi.
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal, biasanya
ekstrovert. Pandai bergaul dengan orang lain. Bersifat karismatik, meyakinkan,
dan diplomatis.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Intrapersonal berkaitan dengan diri sendiri. Memiliki
kepribadian introvert. Senang menyendiri. Biasanya, berakhir pada karir
keagamaan atau psikologi.
8. Kecerdasan Naturalis ( Naturalist Intelligence)
Berkaitan dengan alam. Biasanya ahli di bidang biologi atau
lingkungan.
Kecerdasan tambahan selain 8 kecerdasan ganda yang dirumuskan
Howard, adalah Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhannya. Biasanya terlihat dari taatnya beribadah dan
menjalankan perintah agama.
Jika anak kita ahli dalam satu bidang, dukung dan arahkan
dengan banyak mengikutkannya bimbingan dan latihan di bidang tersebut. Bisa
saja sang anak memiliki salah satu atau beberapa kecerdasan yang diungkapkan
Howard.
Untuk mendukungnya profesional di bidangnya, maka bantulah
mereka belajar sesuai caranya. Tidak sama cara belajar anak linguistik
dengan cara naturalis. Atau cara belajar anak mathematic dengan cara belajar visual.
Mahfuzh Huda, seorang pembelajar sejati, penggiat sains dan kimia dalam
artikelnya “Belajar Efektif dan Menjadi Pintar” dengan rinci menjelaskan,
bagaimana cara belajar yang asik dalam tiap bidang tersebut.
Dengan mengerti berbagai macam kecerdasan, semoga kita juga semakin bijak, bahwa setiap anak itu CERDAS.
Dengan mengerti berbagai macam kecerdasan, semoga kita juga semakin bijak, bahwa setiap anak itu CERDAS.
Iya, kadang sebel sama orang yang berpatokan sama rangking, seolah nggak dapet rangking dunia kiamat
BalasHapusBetuuulll
BalasHapus